Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

Jalan di depan rumah

Becek ora ada ojek Becek belok dan mecek mecek hujan turun lagi didepan rumah banjir lagi Becek ,jalan kotor banyak motor Pada ngelontor Didepan jalan becek becek Ora ada tukang ojek baju pada lecek becek becek mecek mecek didepan rumah ada motor Ditambah bebek jadi becek

Mata Malam

Ketika semua terpejam Satu masih terpelihara Diam mengawasi malam Mata itu Mata yang penuh harapan Mata yang basah Oleh sisa sisa dunia Mata yang berkomat kamit Memandang langit Serta tatapan hampa Yang penuh dengan asa Sambil duduk diam Sambil termangu Menunggu, kapan aku

Wanita

Terpukau aku melihat manusia Manusia dihadapanku Yang sudah mulai renta Renta dimakan usia Dia bukan perempuan Yang cuma bisa ya tuan Dia wanita Yang bisa berkarya Dia bukan perempuan Tetapi wanita Yang tak takut pada dunia Wanita yang tangannya Lembut membelai Wanita yang tuturnya Lemah gemulai Dia wanita Yang bicara pada dunia Dan pada mereka mereka Kau adalah harta berharga

Lampu dijalan mati

Aku berada dialam terbuka Memandang gelap kesegala Hitam, hitam hitam semua Ada apa Malam kelam Lampu padam Kelam, kelam cahaya hitam Ada apa ini Lampu dijalan mati Semua gelap tampak sepi Sepi sunyi lampu mati Kenapa lamqu dijalan mati Kenapa......? Lampu dijalan mengerti Tahu tentang isi hati Hatiku yang telah mati

Wanita dia perempuan

Wanita ,dia berdiri Disamping sejajar dengan bahuku Melihat kiri kanan wanita terdiam Hanya memandang kesepian yang dalam Wanita itu bukan perempuan Dia tak memandang keramaian Dimana dimana dia berada Wanita itu dingin memandang kosong kehidupan kelam Dia bukan perempuan yang harus menangis jika sepi Dan dunia berhenti Dia wanita tanpa senyum Seperti perempuan yang memperlihatkan gigi cantiknya Wanita dia bukan perempuan

Ayah

Kuambilkan kain Kupandang wajah ayahku Selalu tersenyum Ayahku berpesan Jagalah ibumu Ayahkan pergi Kealam baka Malaikat ijroil datang mencabut nyawa Nyawa ayahku yang tak bersuara ,( karya bapak guru )

Sepasang Mata

Dalam alam gelap Sepasang mata mengawasiku Mengajakku dan mengajakku Arah kelam tak dipancarkan Terang benderang disinarkan Sepasang mata Jangan lihat aku Bila hatiku gelap Sepasang mata Lihaj aku bila hatiku terang Sepasang mata Jadilah sahabatku dalam kebaikan

Detik Terakhir

Wajah yang periang Baru kemarin kulihat Tangan yang lembut Baru kemarin membelai Tapi kini sekarang Dia telah tiada Jiwa ditarik langit Raga ditelan bumi Detik terakhir Menghias senyuw bisu Detik terakhir Tersenyum penuh makna Bersahabatlah dengan dunia

Realita

Dalam sebuah jembatan Hidup kehidupan Manusia yang hilir mudik Mobil mobil yang bertebaran Seolah lupa dengan lingkungan Lihat hidup kehidupan Dibawah jembatan Ribuan tangan bukan meminta Tapi mengharap doa dan usaha Ingat ini realita

Detik-Detik

Kemarin aku belum parah Hari ini aku mulai parah Sore ini aku sangat parah Malam ini tinggal menunggu detik detik Bila esok tiba sampaikah detik detik itu Bila esok tiba Sanggupkah kumelihat dunia Oh Tuhan Sedetik berharga bagiku biarkan sedetik menemaniku Sampai hembusan terakhir

Merah

Merah melekat dalam diriku Dalam jantungku dan hatiku Mengerikan bagi yang memandang Menyedihkan bagi yang menyandang Bila detikku sampai Kutak mau merah menodaiku Kuingin putih, suci Dalam dekapan hati

Istanaku

Rumahku berbilik bambu Berlantai tanah dan beratap rumbia Walau kecil begitu megah Rumahku istanaku Rumahku surgaku

Khayalan Bocah

Khayalan seorah bocah Yang bermain ditaman megah Bersama kupu kupu indah Yang bergerak dengan lincah Hai bocah....! Teruslah menghayal Khayalan indah Bersama bunga yang merekah Bunga bunga dan kupu kupu Teruslah menjadi teman setia Bocah bocah yang menghayal.

Cermin Kehidupan

Kubercermin Dengan cermin kehidupan Wajahku tak sama Wajah dicermin Lihat aku......! Lihat aku dunia Hidup sehidupnya Jalan sejalannya Tak terarah dan berarah Kuberdiri seolah sendi melemah Kuberjalan seolah kaki membatu Oh dunia..... Tolong aku Siapa aku Fatamorgana yang jadi saru